Kamis, 10 November 2016

Soal UH dan Soal Remedial Matematika Peminatan Kelas XII

UH Matematika Peminatan Kelas XII IPA 1
Silakan Akses :

UH Matematika Peminatan Kelas XII IPA 2
Silakan Akses :

UH Matematika Peminatan Kelas XII IPA 3
Silakan Akses :

ATURAN :
  1. Setiap peserta didik wajib memiliki satu akun (email)
  2. Batas akhir : Ujian tersebut pukul 24.00 (12 dini hari) pada tanggal 10-10-2016
  3. Kerjakan dengan membuat langkah penyelesaian/coretan  sebagai bukti untuk dikumpulkan




 
ATURAN REMEDIAL:
  1. Setiap peserta didik wajib memiliki satu akun (email)
  2. Batas akhir : Ujian tersebut pukul 24.00 (12 dini hari) pada tanggal 13-10-2016
  3. Kerjakan dengan membuat langkah penyelesaian/coretan  sebagai bukti untuk dikumpulkan

Hasil UH-Online Matematika Peminatan Kelas XII

Materi : Turunan Trigonometri 

KD : 3.4 Menjelaskan Turunan Fungsi Trigonometri 
KD : 4.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan turunan fungsi trigonometri 

Ruang Lingkup Materi : 
  • Pengertian Turunan Fungsi Trigonometri.
  • Sifat-sifat Turunan Fungsi Trigonometri
  • Turunan Balik Fungsi Trigonometri
  • Menyelesaikan dan Menyajikan Berkaitan Turunan Fungsi Trigonometri : 1)Teorema Aturan Rantai, 2) Fungsi Implisit Trigonometri, 3) Persamaan Parameter, 4) Aplikasi Turunan Trigonometri (Laju Perubahan Fungsi Trigonometri, Kecepatan dan Percepatan Fungsi Trigonometri, Kecepatan Sudut Fungsi Trigonometri 



Materi : Turunan Trigonometri 

KD : 3.4 Menjelaskan keberkaitan turunan pertama fungsi dengan nilai maksimum dan minimum, selang kemonotonan fungsi, serta kemiringan garis singgung kurva fungsi trigonometri
KD : 4.4 Menyelesaikan yang berkaitan dengan nilai maksimum dan minimum, selang kemonotonan fungsi, serta kemiringan garis singgung kurva fungsi trigonometri

Ruang Lingkup Materi : 
  • Maksimum dan Minimum
  • Nilai Maksimum dan Minimum Fungsi Trigonometri: 1)Bentuk k cos ( x- αΎ± ) dan Bentuk A sin x + B cos x
  • Menentukan Titik Stasioner, Kemonotonan dan Garis Singgung : 1) Pengertian Kemonotonan, 2) Titik Stasioner dan Kemonotonan Fungsi Trigonometri, 3) Gradien dan Garis Singgung Kurva
Kelas XII IPA 1


Timestamp Email Address Score
1 10/11/2016 15:49 yosepsupandi30@gmail.com 56 / 100
2 10/11/2016 17:44 Arviansyahnur3@gmail.com 20 / 100
3 10/11/2016 18:54 wahyuni_rinanizamia@yahoo.co.id 64 / 100
4 10/11/2016 18:55 lailaseptautami4@yahoo.com 64 / 100
5 10/11/2016 18:57 miaalmi05@gmail.com 64 / 100
6 10/11/2016 19:01 Theresiaaulina@gmail.com 64 / 100
7 10/11/2016 19:03 nurulhayatul88@gmail.com 60 / 100
8 10/11/2016 19:19 abroriagungakbar@gmail.com 28 / 100
9 10/11/2016 19:41 khofifahkff@yahoo.co.id 64 / 100
10 10/11/2016 20:00 Rizkiliaw94@gmail.com 64 / 100
11 10/11/2016 20:03 widyakurniapertiwi175@gmail.com 8 / 100
12 10/11/2016 20:17 endahyuliarti15@yahoo.com 64 / 100
13 10/11/2016 20:54 aqsalmerizo12@gmail.com 48 / 100
14 10/11/2016 21:05 enilestari972@gmail.com 28 / 100
15 10/11/2016 21:11 adiyatma144@gmail.com 84 / 100
16 10/11/2016 21:20 muhammadjatikusuma0@gmail.com 72 / 100
17 10/11/2016 21:30 della.putriyani31@gmail.com 28 / 100
18 10/11/2016 21:33 marinakinanti45@gmail.com 24 / 100
19 10/11/2016 22:00 ilhamfcb06@gmail.com 72 / 100
20 10/11/2016 22:01 rizqymahardikapaba17@gmail.com 72 / 100
21 10/11/2016 22:01 amrimarihotjati@gmail.com 72 / 100
22 10/11/2016 22:04 p.rahmawati444@gmail.com 72 / 100
23 10/11/2016 22:05 anindrimutia19@yahoo.com 68 / 100
24 10/11/2016 22:05 ressaermasari30@gmail.com 72 / 100
25 10/11/2016 22:43 donniaja12@gmail.com 24 / 100
26 10/11/2016 22:50 gebby.kiki@gmail.com 28 / 100
27 10/11/2016 22:56 ajayarisandi69@gmail.com 16 / 100
28 10/11/2016 23:04 pratiwidevipr3@gmail.com 60 / 100
29 10/11/2016 23:56 anisa.fnf@gmail.com 44 / 100
30 11/11/2016 0:03 Dinamindasari27@gmail.com 48 / 100
31 11/11/2016 0:44 Arviansyahnur3@gmail.com 36 / 100
32 11/11/2016 4:49 esaarsyiatul123@gmail.com 16 / 100

Kelas XII IPA 2

Timestamp Email Address Score
10/11/2016 20:13 yusmelinda5@gmail.com 20 / 100
10/11/2016 20:13 suhardison@gmai.com 28 / 100
10/11/2016 20:23 AnnisaAgripina@gmail.com 52 / 100
10/11/2016 20:28 juniarhidayat.ajh@gmail.com 0 / 100
10/11/2016 20:28 juniarhidayat.ajh@gmail.com 0 / 100
10/11/2016 20:29 juniarhidayat.ajh@gmail.com 0 / 100
10/11/2016 20:36 juniarhidayat.ajh@gmail.com 0 / 100
10/11/2016 20:37 eniapriliani49@gmail.com 44 / 100
10/11/2016 20:48 99rantiagustini@gmail.com 36 / 100
10/11/2016 21:03 ridonurrahman68@gmail.com 36 / 100
10/11/2016 21:07 meldamelinda5@gmail.com 0 / 100
10/11/2016 21:14 ocal.alfuadi@gmail.com 36 / 100
10/11/2016 21:24 clarard11@gmail.com 36 / 100
10/11/2016 21:25 Tetaapriliana3@gmail.com 20 / 100
10/11/2016 21:27 rebeccaester99@gmail.com 72 / 100
10/11/2016 21:27 adjienugroho25@gmail.com 60 / 100
10/11/2016 21:30 vennyyulina@gmail.com 32 / 100
10/11/2016 21:33 clarard11@gmail.com 24 / 100
10/11/2016 21:35 setiawanwahyu991@gmail.com 28 / 100
10/11/2016 21:38 exsawahyudi19@gmail.com 4 / 100
10/11/2016 21:38 milenianufa@gmail.com 36 / 100
10/11/2016 21:51 hosiaturroba@gmail.com 32 / 100
10/11/2016 21:52 rulydaviscapratama@gmail.com 32 / 100
10/11/2016 21:57 fitrafizua17@gmail.com 36 / 100
10/11/2016 22:01 meldamelinda5@gmail.com 48 / 100
10/11/2016 22:05 rinaasmara10@gimail.com 20 / 100
10/11/2016 22:05 aliuserhansya45@gmail.com 20 / 100
10/11/2016 22:08 yudhaaditama8@gmail.com 12 / 100
10/11/2016 22:36 muhammadnazofha@gmail.com 52 / 100
10/11/2016 22:38 tyamutoct17@gmail.com 60 / 100
10/11/2016 22:44 juniarhidayat.ajh@gmail.com 48 / 100
10/11/2016 22:45 ahmadhakimmuzakky@gmail.com 56 / 100
10/11/2016 22:47 yudiariyantory15@gmail.com 76 / 100
11/11/2016 0:43 juanmarbun25@gmail.com 36 / 100

Kelas XII IPA 3

Timestamp Email Address Score
11/10/2016 17:34:32 jihanmawarni27@gmail.com 44 / 100
11/10/2016 17:57:38 nadiajae09@gmail.com 36 / 100
11/10/2016 18:10:31 nadiajae09@gmail.com 36 / 100
11/10/2016 19:50:14 rismakarnia28@gmail.com 0 / 100
11/10/2016 19:53:47 faraannisa1@gmail.com 24 / 100
11/10/2016 20:15:18 tamara.88967@gmail.com 32 / 100
11/10/2016 20:16:35 alamilati12@yahoo.com 20 / 100
11/10/2016 20:25:53 desiintans2@gmail.com 52 / 100
11/10/2016 20:25:55 luthfiaaisyah90@gmail.com 16 / 100
11/10/2016 20:28:22 mupangestugi19@gmail.com 16 / 100
11/10/2016 20:36:54 megatiara.putri7699@gmail.com 56 / 100
11/10/2016 20:37:42 auliashelanita@gmail.com 28 / 100
11/10/2016 20:55:31 walywafi19@gmail.com 20 / 100
11/10/2016 21:17:22 hairunn35@gmail.com 28 / 100
11/10/2016 21:19:50 levi.utamipurei@gmail.com 92 / 100
11/10/2016 21:26:34 aryuninda24@gmail.com 32 / 100
11/10/2016 21:37:02 zulaikhaputri6@gmail.com 20 / 100
11/10/2016 21:37:13 diah.hidayahp@gmail.com 48 / 100
11/10/2016 22:37:15 Hindrianymizameuthia@gmail.com 64 / 100
11/10/2016 22:58:51 sitirofiqotullutfiyah04@gmail.com 32 / 100
11/10/2016 23:08:12 kristantimonique62@gmail.com 60 / 100
11/10/2016 23:11:02 ramore.prayogi@gmail.com 24 / 100
11/10/2016 23:22:54 ayu.erma71@gmail.com 44 / 100
11/10/2016 23:25:22 paranggiat@gmail.com 24 / 100
11/10/2016 23:32:02 triwa72@gmail.com 16 / 100
11/10/2016 23:39:48 rikiriswan31@yahoo.com 20 / 100
11/10/2016 23:41:46 ramadhaaneka@gmail.com 20 / 100
11/10/2016 23:46:35 dastradms898@gmail.com 16 / 100
11/11/2016 5:15:01 rismakarnia28@gmail.com 16 / 100

Senin, 17 Oktober 2016

Pluz Minuz TOT Literasi Produktif Berbasis IT



Pelatihan Literasi Produktif Berbasis IT, Surabaya 6 - 9 oktober 2016

Timbul pertanyaan kenapa harus mengangkat judul seperti ini, semua peserta TOT literasi pastilah selalu berpikir dan bicara sisi positif  saja dari suatu kegiatan yang telah dijalaninya namun lupa dibalik itu ada juga sisi minusnya. Semua peserta pastilah sudah mengemukakan kelebihan dari pelatihan TOT Literasi Produktif Berbasis IT tersebut, kalau boleh mengkutip beberapa pendapat temen antara lain :
  • 0) Kenapa nol saya buat, sebelum pelatihan saja kami sudah diperlakukan sebagai tamu agung, bagaimana tidak hanya karena beberapa lembar toresan yang telah diukir para peserta TOT literasi ini kami diberikan kesempatan untuk diterbangkan ke surabaya dengan penerbangan Gratis, penginapan gratis, dan akomodasi selama kegiatan. Mungkin pernahkah kalian berpikir bagaimana senangnya seorang guru diperlakukan seperti itu, menjadi raja dalam beberapa hari. Dan ini benar-benar nyata terjadi lewat IGI, biasanya yang bisa terbang keluar kota dengan fasilitas dijamin dan dilengkapi klo ngak ada jabatan di instansi atau organisasi atau mempunyai uang lebih, ngak mungkin saja bisa. Tapi ini tidak berlaku di IGI, Siapa yang punya kelebihan dan mau bersaing akan selalu disuport oleh IGI untuk bergerak bersama meningkatan mutu guru (Fokus IGI “Meningkatkan Profesinalisme”) 
  • 1)Pelatihan mana yang bisa berlangsung mulai pukul 7.30 hingga pukul 12.00 malam tanpa ada rasa lelah dan letihnya baik peserta, pelatih dan panitia. Timbul pertanyaan kenapa bisa begitu? Disinilah kehebatan para anggota IGI, mereka mengikuti pelatihan ini buka untuk bersenag-senang yang kerjanya bukan hanya datang, duduk, diam. Dan bukan juga dibayar untuk menikmati ke indahan kota surabaya. Namun punya satu tujuan untuk “Sharing and Growing Together” berbagi bersama dan berkembang bersama. Sehingga para peserta yang telah mengikuti pelatihan tersebut diharapkan mampu untuk menularkan apa yang telah diperolehnya kepada semua guru-guru di daerahnya masing-masing dan siap ditugaskan kemana saja disaat guru-guru membutuhkan.
  • 2) Pelatihan tersebut berlangsung sangat menarik karena semua peserta menggunakan berbasis tablet, yang dasyatnya lagi tablet tersebut merek yang terkenal “samsung” yang mana jika fiturnya terus digali dan dikupas maka tak akan pernah cukup waktu yang tersedia untuk mengupas kelebihan fitur-fitur yang ada. Sementara waktu hanya terbatas selama 4 hari saja, sehingga sungguhlah tepat jika samsung ikut mensuport setiap kegiatan yang akan dilaksanakan IGI kedepan. Karena dengan memperkenalkan tablet dalam proses pembelajaran secara tidak langsung akan menarik perhatian siswa. Kemudian juga membantu program pemerintah untuk mengurangi penebangan pohon sebagai bahan baku kertas dan mewujudkan “Indonesia Hijau”
  • 3) Pelatihan tersebut dilatih oleh beberapa pelatih yang cukup mencengangkan karena berlatar belakang profesional dan diakui oleh khalayak, sebut saja pak de Slamet Riyanto kabid Literasi dan Penerbitan Karya Guru DPP IGI selaku embahnya para penulis buku di dunia, yang karya-karya sudah tersohor sampai ke negeri paman sam dengan gagasan ide kanal penulisan buku. Selanjutnya Mas Mampuono Rasyidin sekjennya IGI selaku embahnya IT yang menggagas menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga (Menu Bali) suatu ide yang diluar dugaan. Dan ada banyak kanal lain yaitu Mas Abdul Karim (Komik), Mas Abdul Kholiq (Satu guru satu inovasi “Sagusanov”), Mas Elyas (Satu guru satu andoroid dan animasi pembelajaran “ Sagisandro”), Mas Sukari (Pemanfaatan Server Lokal “ Server All in One), Mas Endar Sudrajat (Pemanfaatan Vicon dan Skype dalam pembelajaran), Mas M. Hairul (Satu guru satu karya Tulis Ilmiah “Sagusakti”) dan terakhir siapa yang pernah menduga bahwa yang membuat sistem pendaftaran IGI online saat ini sangat mutahir dan dikelolah oleh seorang mentor yang masih sangat muda diluar dugaan semua orang, yang dianggap beberapa temen diluar IGI suatu aplikasi pendaftaran yang sangat menarik dan patut dicontoh. Orang terakhir itu adalah Mr. Mung alias Amin Mungamar dengan gagasan Satu guru satu Blog (sagusablog”).
  • 4) Pelatihan ini dihadiri juga oleh Ketua IGI siapa lagi klo buka Mr. Ramli Rahim yang bicara sangat menggebu-gebu, mengingatkan kita pada toko pemuda-pemuda diawal perjuangan dahulu, yang mana mereka bicara diluar imaginasi masanya dan dianggap orang pemikirannya sebagai khayalan belaka, namun apa yang terjadi saat ini bahwa pikiran mereka tersebut saat itu telah melampauan pola pikiran pada masanya dan terbukti saat dikemudian hari. Begitulah menggambarkan Ketum IGI ini, yaitu memiliki cita-cita yang luhur melatih para guru terlatih literasi di Indonesia, menggerakan organisasi IGI tanpa meminta-minta namun mengedepankan pola kemitraan dengan beberapa perusahan yang peduli dengan pendidikan, sebut saja PT samsung, Indosat dan lain-lain. Membuat pelatihan diseluruh indonesia dengan menggerakan semua elemen IGI dari sekup yang paling kecil dahulu yaitu melalui pelatihan disekolah-sekolah atau yang dikenal “Back to School”, di kantong-kantong daerah yang ada IGI maupun belum ada IGI untuk berkembang.
  • 5) Pelatihan ini dihadiri juga oleh orang pertama yang meletakkan pondasi awal IGI berdiri pada tahun 2009, antara lain Pak Satria (Bapak Literasi Indonesia), Mas Ihsan (Ketua Dewan Penasehat IGI), Pak Gatot (Direaktur SEAMEO), Mr Nanang alias Ahmad Rizaldi (Staf Ahli Kemendikbud) serta guru-guru hebat se-indonesia yang tidak bisa disebutkan satu-persatu disini. Sungguh bangga bisa bertemu dan bersilaturahmi bersama-sama mereka.

Jika terus mengupas sisi plusnya saja tidaklah akan pernah habis isi tulisan ini dan tidaklah bijak juga jika seseorang yang mencintai sesuatu hanya mengupas yang plusnya saja dan mengesampingkan yang minusnya. Sisi minus yang  tidak akan pernah diungkap seorang yang hanya mencintai IGI setengah hati, namun oleh mereka mencintai IGI dari hatinya yang paling dalam pasti mempunyai keinginan yang kuat memajukan IGI kedepan sebagai bahan intropeksi dan evaluasi kegiatan-kegiatan IGI dimasa yang akan datang. Intropeksi dan evaluasi tidak akan pernah terungkap dipublik jika hanya memperoleh pendapat dari kalangan pengurus yang sudah dikenal satu sama yang lain, atau pun dari kalangan panitia kegiatan itu sendiri,  tanpa ada pendapat dari kalangan peserta literasi produktif yang mengalami kegiatan tersebut. Minusnya kegiatan tersebut dari kaca mata penulis antara lain :
  • 1) Pengorganisasian peserta literasi produktif yang dianggap kurang,  antara lain kontrol panitia kepada peserta literasi terbukti minim kontrol absensi setiap sesi. Alangkah baiknya setiap sesi pelatihan yang berlangsung disiapkan petugas yang mengabsen peserta sebelum menuju ruangan pertemuan, tujuannya satu untuk menertibkan administrasi laporan kedepan jika dibutuhkan. Alhamdulilah semua peserta literasi tersebut sangat antusia mengikuti kegiatan walaupun absen kadang ada, kadang juga tidak ada.
  • 2) Pembatasan waktu Pelatihan, semua manusia normal pasti membutuhkan waktu yang cukup untuk istirahat, tahu kapan waktu untuk beraktivitas dan tahu waktu kapan untuk rileks. Alangkah baiknya saat pelatihan diberikan porsi waktu yang idela untuk peserat, panitia dan pelatih selama pelatihan dari pukul  8 pagi sampai 10 malam, sehingga tidak kebablasan hingga pukul 12.00 malam. Syukurlah selama 4 hari pelatihan hingga pukul 12.00 mlam tidak teras begitu lama namun sperti perjalanan waktu tersebut begitu cepat, karena begitu semangatnya peserta literasi produktif mengikutinya.
  • 3) Kurangnya koordinasi kepulangan peserta literasi setelah mengikuti  pelatihan yang tidak berbarengan satu sama lain, sehingga memicu perlakuan yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Alangkah baiknya kepulangan peserta literasi menuju daerahnya ada waktu jedah bisa setengah hari, bagi peserta literasi mencari buah tangan untuk dibawa pulang kekampung halaman.  Selanjutnya alangkah baiknya juga disediakan waktu sehari setelah penutupan untuk peserta, panitia, pelatih beraktifitas bersama-sama menikmati keakraban bersama-sama seperti mengunjungi tempat-tempat bersejarah atau berkunjung ke objek wisata sebagai obat penat selama pelatihan. Agar setiap peserta, panitia dan pelatih rileks dan siap on fire kembali saat kembali ke daerah masing-masing,
  • 4) Sebaikya selama pelatihan tidak perlu dibagi menjadi beberapa kanal, sehingga terkesan peserta literasi dibagi menjadi beberapa kelompok, yang sangat merugikan dan membatasi keinginan rasa tahu peserta literasi untuk mampu mengikuti semua pelatihan yang dilatih. Sehingga tidak ada lagi istilah setiap peserta literasi produktif hanya unggul disatu bidang.  Karena judul pelatihan TOT Literasi Produktif, jadi setiap calon treainer IGI yang telah dilatih harus memiliki semua kemampuan yang telah diajarkan disurabaya. Terakhir muaranya tidak lain apa yang saya telah dikemukakan dari minusnya pelatihan ini yaitu 5) Tidak adanya lembar angket berupa responden masing-masing peserta disetiap akhir/penutupan kegiatan literasi produktif. Tujuannya mengevaluasi, kelebihan, keunggulan, kekurangan, kelemahan apa saja yang terjadi selama pelatihan  untuk perbaikan kedepan baik untuk pelatih, maupun responden yang paling utama peserta TOT tersebut.

Akhirnya Pluz Minuz Telah diuraikan tanpa maksud menyudutkan salah satu pihak, tujuannya satu hanya untuk kemajuan IGI semata dengan harapan maju pendidikan di negeri tercinta ini. Terima kasih untuk semua panitia TOT literasi Produktif yang telah berkerja keras untuk mensukseskan kegiatan tersebut, LPMP Prov Jawa Timur yang telah menyediakan penginapan dan jamuan seperti hotel bintang lima, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Pengurus Pusat  IGI  yang telah memfasilitasi penerbangan kami secara gratis, Samsung yang memfasilitasi konten-konten Tab nya yang sangat canggih dan semua peserta yang terlibat di kegiatan Literasi Produktif Berbasi IT di Surabaya, 6-9 oktober 2016. Semoga kita semua menjadi Tonggak Sejarah yang Munculnya  Literasi Produktif berbasis IT di Indonesia. Amin  
                                               


                                                                    Media Harja, Peserta TOT Literasi Produktif berbasis IT

                                                                    Wilayah IGI Prov Sumatera Selatan (16/10/2016)

Jumat, 07 Oktober 2016

TOT Literasi Produktif Berbasis IT

Pemaparan Narasumber Literasi 


Literasi Berbasis IT kanal Blog

Pelaksanaan TOT Literasi Produktif Berbasis IT dilaksanakan oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI) bekerjasama dengan Kemendikbud, PT. Samsung dan LPMP Prov Jawa Timur berlangsung di Surabaya, 6 - 9 Oktober 2016 bertempat Gedung Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Para Peserta berasal dari seluruh Guru se Indonesia berdasarkan hasil seleksi dan jalur mandiri dengan jumlah 150 Guru. 

Para peserta ini akan dilatih oleh para trainer yang telah teruji dan memiliki kredibilitas serta keunggulan dibidang mereka masing-masing, karena itu TOT ini dibagi menjadi beberapa kanal antara lain : Tim Bisu Bali dan Komik pembelajaran, Tim Sagusandro (Satu guru satu inovasi andoroid), Tim sagusakti ( satu guru satu karya tulis), Tim Blog Pembelajaran, Tim e-Book (Buku digital) dan lainnya. Trainer tersebut antara lain : Mr mampuono, Mr Karim, Mr Dahli, Mr Slamet, Mr Joko, Mr Kholik, Mr Ilyas, Mr Mung, Mr Sukari


Peserta ini di harapkan nanti sebagai tenaga trainer yang dipersiapkan oleh IGI mensukseskan program pemerintah berkaitan dengan literasi produktif untuk melatih guru-guru di seluruh Indonesia. Sementara sertifikat dari kegiatan ini akan memperoleh lisensi dari pihak kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ikatan Guru Indonesia dan PT samsung Indonesia.

Jumat, 22 April 2016

Biografi Ir Soekarno Bapak Presiden RI pertama


Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika..
Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi IT. Ia berhasil meraih gelar “Ir” pada 25 Mei 1926.
Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.
Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.
Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai “Pahlawan Proklamasi”.


Rabu, 20 April 2016

SUKU GUMBAK CADEK



Suku bangsa ini dikenal pula dengan nama orang Muslim Gunung Kong atau Orang Cumbok. Mereka hidup dari perladangan berpindah di hutan hutan kabupaten Aceh Barat. Sebagian diantara mereka telah menetap di daerah Gunung Kong, Kecamatan Baril Makmur, sedangkan sisanya masih tersebar di sekitar Blang (tanah) Teripa dan Krueng (sungai) Teripa. Meraka memang hidup terpencil dari sukubangsa lain, karena itu ada yang menganggap mereka masyarakat “terasing”. Pemimpin kharismatik mereka disebut raja gunong

*BAHASA
Dalam pergaulan  sehari-hari orang Gumblak Cadek menggunakan suatu bahasa yang merupakan gabungan dialek Gayo

*ADAT ISTIADAT
Sistem keyakinan mereka merupakan gabungan dari agama islam dan kepercayaan animistic Simeulue.


Suku bangsa ini mendiami pulau Simeulue di Kabupaten Aceh Barat. Jumlah penduduknya sekarang diperkirakan sekitar 60.000 jiwa. Pulau ini dikenal pula dengan nama Pulau Ue atau Pulau Kelapa, karena daerah ini banyak menghasilkan kelapa. 

Kebudayaan dan Kesenian Jawa Tengah


Jawa Tengah adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta  di sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Luas wilayah nya 32.548 km², atau sekitar 25,04% dari luas pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau Nusakambangan di sebelah selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat), serta Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa.
Pengertian Jawa Tengah secara geografis dan budaya kadang juga mencakup wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa Tengah dikenal sebagai "jantung" budaya Jawa. Meskipun demikian di provinsi ini ada pula suku bangsa lain yang memiliki budaya yang berbeda dengan suku Jawa seperti suku Sunda di daerah perbatasan dengan Jawa Barat. Selain ada pula warga Tionghoa-Indonesia, Arab-Indonesia dan India-Indonesia yang tersebar di seluruh provinsi ini.

Suku
Mayoritas penduduk Jawa Tengah adalah Suku Jawa. Jawa Tengah dikenal sebagai pusat budaya Jawa, di mana di kota Surakarta dan Yogyakarta terdapat pusat istana kerajaan Jawa yang masih berdiri hingga kini. Suku minoritas yang cukup signifikan adalah Tionghoa, terutama di kawasan perkotaan meskipun di daerah pedesaan juga ditemukan. Pada umumnya mereka bergerak di bidang perdagangan dan jasa. Komunitas Tionghoa sudah berbaur dengan Suku Jawa, dan banyak di antara mereka yang menggunakan Bahasa Jawa dengan logat yang kental sehari-harinya. Selain itu di beberapa kota-kota besar di Jawa Tengah ditemukan pula komunitas Arab-Indonesia. Mirip dengan komunitas Tionghoa, mereka biasanya bergerak di bidang perdagangan dan jasa. Di daerah perbatasan dengan Jawa Barat terdapat pula orang Sunda yang sarat akan budaya Sunda, terutama di wilayah Cilacap, Brebes, dan Banyumas. Di pedalaman Blora (perbatasan dengan provinsi Jawa Timur) terdapat komunitas Samin yang terisolir, yang kasusnya hampir sama dengan orang Kanekes di Banten.

Bahasa
Meskipun Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi, umumnya sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa Jawa Dialek Solo-Jogja dianggap sebagai Bahasa Jawa Standar. Di samping itu terdapat sejumlah dialek Bahasa Jawa; namun secara umum terdiri dari dua, yakni kulonan dan timuran. Kulonan dituturkan di bagian barat Jawa Tengah, terdiri atas Dialek Banyumasan dan Dialek Tegal; dialek ini memiliki pengucapan yang cukup berbeda dengan Bahasa Jawa Standar. Sedang Timuran dituturkan di bagian timur Jawa Tengah, di antaranya terdiri atas Dialek Solo, Dialek Semarang. Di antara perbatasan kedua dialek tersebut, dituturkan Bahasa Jawa dengan campuran kedua dialek; daerah tersebut di antaranya adalah Pekalongan dan Kedu. Di wilayah-wilayah berpopulasi Sunda, yaitu di Kabupaten Brebes bagian selatan, dan kabupaten Cilacap utara sekitar kecamatan Dayeuhluhur, orang Sunda masih menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-harinya.
Berbagai macam dialek yang terdapat di Jawa Tengah:
1.     dialek Pekalongan
2.     dialek Kedu
3.     dialek Bagelen
4.     dialek Semarang
5.     dialek Pantai Utara Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati)
6.     dialek Blora
7.     dialek Surakarta
8.     dialek Yogyakarta
9.      dialek Madiun
10.   dialek Banyumasan (Ngapak)
11.    dialek Tegal-Brebes


Agama
Sebagian besar penduduk Jawa Tengah beragama Islam dan mayoritas tetap mempertahankan tradisi Kejawen yang dikenal dengan istilah abangan. Agama lain yang dianut adalah Protestan, Katolik, Hindu , Budha, Kong Hu Cu, dan puluhan aliran kepercayaan. Penduduk Jawa Tengah dikenal dengan sikap tolerannya. Sebagai contoh di daerah Muntilan, kabupaten Magelang banyak dijumpai penganut agama Katolik, dan dulunya daerah ini merupakan salah satu pusat pengembangan agama Katolik di Jawa. Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan populasi Kristen terbesar di Indonesia.


GAMELAN JAWA

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5E_2OvGSRUSsiE2J7Yrn01nd-o1s8yaYFJCoFEFVuzPMHwwb8HH05W2st_7hadOxH7ogKPwpkF_Odj62b6tZepoofIQlmsjHUBvGqsJut5dsZ5Kft3fJlK7AgDjl7LNYhb2HQ5YVckvOw/s1600/gamelan_jawa2.jpg_thumb.jpg

Gamelan Jawa merupakan Budaya Hindu yang digubah oleh Sunan Bonang, guna mendorong kecintaan pada kehidupan Transedental (Alam Malakut)”Tombo Ati” adalah salah satu karya Sunan Bonang. Sampai saat ini tembang tersebut masih dinyanyikan dengan nilai ajaran Islam, juga pada pentas-pentas seperti: Pewayangan, hajat Pernikahan dan acara ritual budaya Keraton.











WAYANG KULIT

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZ27FiJWTLrNPHhnNeUkf9EKWE9g_mhoOo19Kiwz6SG8vVMxNT4IRKvs7UY8OCk_CbeMfMSgkXOfSiFHHvGwcMCacxPN7l_ju5mSEo7N1reovh-uqtmJDVFgrvb9gfyckvInJEAeQ60ayH/s1600/wayang-kulit.jpg

Kesenian wayang dalam bentuknya yang asli timbul sebelum kebudayaan Hindu masuk di Indonesia dan mulai berkembang pada jaman Hindu Jawa. Pertunjukan Kesenian wayang adalah merupakan sisa-sisa upacara keagamaan orang Jawa yaitu sisa-sisa dari kepercayaan animisme dan dynamisme. Menurut Kitab Centini, tentang asal-usul wayang Purwa disebutkan bahwa kesenian wayang, mula-mula sekali diciptakan oleh Raja Jayabaya dari Kerajaan Mamenang / Kediri. Sekitar abad ke-10 Raja Jayabaya berusaha menciptakan gambaran dari roh leluhurnya dan digoreskan di atas daun lontar. Bentuk gambaran wayang tersebut ditiru dari gambaran relief cerita Ramayana pada Candi Penataran di Blitar. Cerita Ramayana sangat menarik perhatiannya karena Jayabaya termasuk penyembah Dewa Wisnu yang setia, bahkan oleh masyarakat dianggap sebagai penjelmaan atau titisan Batara Wisnu. Figur tokoh yang digambarkan untuk pertama kali adalah Batara Guru atau Sang Hyang Jagadnata yaitu perwujudan dari Dewa Wisnu.









KERIS JAWA
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6hZHGi7W4qrnChIJXn0zbWUa48kcLoxOQEaYUCDoIIQCFVqGWKrZ3vKEsCYNwnQIVa8-XywVwD-GQMogsWQ2tG2np4kmib2w-bnz8na0ukECqJB3FRC4wx3NZ_dM5igrGi1Yb7YulTXfM/s1600/keris-jawa_medium.jpg

Keris dikalangan masyarakat di jawa dilambangkan sebagai symbol “ Kejantanan “ dan terkadang apabila karena suatu sebab pengantin prianya berhalangan hadir dalam upacara temu pengantin, maka ia diwakili sebilah keris. Keris merupakan lambang pusaka. Di kalender masyarakat jawa mengirabkan pusaka unggulan keraton merupakan kepercayaan terbesar pada hari satu sura. Keris pusaka atau tombak pusaka merupakan unggulan itu keampuhannya bukan saja karena dibuat dari unsure besi baja, besi, nikel, bahkan dicampur dengan unsure batu meteorid yang jatuh dari angkasa sehingga kokoh kuat, tetapi cara pembuatannya disertai dengan iringan doa kepada sang maha pencipta alam ( Allah SWT ) dengan duatu apaya spiritual oleh sang empu. Sehingga kekuatan spiritual sang maha pencipta alam itu pun dipercayai orang sebagai kekuatan magis atau mengandung tuah sehingga dapat mempengaruhi pihak lawan menjadi ketakutan kepada pemakai senjata pusaka itu.


UKIRAN ASLI JEPARA

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNMVGAqhuYZs2nTOjyZ-3C54ok_FDa0y3tQyEhS3tCPQKuglBiYhME0Y62mckbIFPR-jlOL8EDdaXM6KYV_QTQ4Do72vYcELVtR5VzrZ951-s2ndxmxdhSsxp0kUOInuhfvhmcINSZ0qy7/s320/dipan-rahwana-meubel-ukiran-asli-jepara-0.jpg
        
Para pengukir jepara pandai menyesuaikan diri dengan gaya ukiran baru. Mereka tidak hanya membuat gaya ukiran khas Jepara saja tapi ukiran lainnya yang tak kalah menarik. Meskipun ukiran Jepara beragam, sebaiknya kita tidak melupakan gaya ukiran khas Jepara. Biasanya disebut ornamen Jepara. Meskipun tak ada sebutan khusus, tapi ia dapat dikenali dari ciri khasnya. Ukiran Jepara mengambil bentuk dedaunan. Ada yang mengatakan itu adalah daun tanaman wuni. Wuni adalah jenis rerumputan liat yang banyak tumbuh di Jepara. Tanaman itu memiliki buah kecil-kecil yang digemari burung. Bentuk tanaman wuni itu diolah seniman ukir menjadi bentuk desain ukiran yang indah. Ciri khas ukiran itu, daunnya digambarkan melengkung-lengkung luwes. Seolah ada iramanya. Ujung daunnya runcing. Buah-buah kecil diukir menggerombol. Kadang, ditambahkan ukiranburung yang hendak mematuk buah itu. Ukiran gaya Jepara ini dulu banyak diukirkan pada peti-peti kayu. Meja kursi juga ada. Tapi, sekarang jarang diukirkan pada meubel lagi.


BOGANA ASLI TEGAL
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEissPmKsBDZqMwrsepQw1pzUtx14lWXtidLnMVRqHy76nIuUCYlXoIzFG_lhyphenhyphenJYgfQ2qBzVuAzgSRC-ewGI3ufjDEBS-2yA2rG9D0sFcxwYguzLMlHZoT28X_7siUEv6VcO2V5F1W8gZ6m6/s1600/Bogana-Asli-Tegal_large.jpg

Di Jawa, Nasi Bogana biasanya disajikan pada saat acara-acara tertentu, seperti pesta perkawinan atau peringatan-peringatan lainnya. Tapi, umumnya makanan ini sering juga disajikan saat acara kumpul keluarga atau acara-acara arisan. Dalam acara pesta perkawinan, Nasi Bogana disajikan secara terpisah.



KIRAB SERIBU APEM

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJjRhyphenhyphenE9b_wXignYTWzvDOSjGN5_AKg4qK5ibOGZpCxmCfuAAZ5mdG4MWfhkK9VVK3_ypHHaJclwQ1cTdTcIzYB2z5le4I31VkzvRk00SaRKBhCky6Vw9Yk_XfMJd3QvkSKdi4IdLdnOUO/s1600/Kirab-Apem-Sewu_medium.jpg

Kirab apem sewu adalah acara ritual syukuran masyarakat Kampung Sewu, Solo, Jawa Tengah yang digelar setiap bulan haji (bulan Zulhijah-kalender penanggalan Islam). 
Ritual syukuran itu diadakan untuk mengenalkan Kampung Sewu sebagai sentra produksi apem kepada seluruh masyarakat sekaligus menghargai para pembuat apem yang ada di sana. Selain itu, upacara ritual syukuran ini pun dibuat sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan karena desa dan tempat tinggal mereka terhindar dari bencana. Mengapa begitu? Menurut Ketua Pelaksana Kirab Apem Sewu, Pak Hadi Sutrisno, letak Kampung Sewu Solo ini adanya di pinggir Sungai Bengawan Solo, termasuk daerah rawan banjir. Makanya, masyarakat mensyukurinya. Tradisi apam sewu berawal dari amanah yang disampaikan Ki Ageng Gribig kepada seluruh warga untuk membuat 1.000 kue apam dan membagikannya kepada masyarakat sebagai wujud rasa syukur. Sejalan dengan berkembangnya zaman, maka ritual kirab apem sewu ini diawali dengan kirab budaya warga Solo yang memakai pakaian adat Solo, seperti kebaya, tokoh punakawan, dan kostum pasukan keraton. Anak-anak sekolah juga menjadi peserta kirab dengan menampilkan marching band SD, atraksi Liong (naga), serta aneka pertunjukan tarian tradisional dan teater. 1.000 kue apem yang sudah disusun menjadi gunungan itu diarak dari lapangan Kampung Sewu menuju area sekitar kampung sepanjang dua kilometer. Acara kirab berlangsung selama satu hari, yang dimulai dengan prosesi penyerahan bahan makanan (uba rampe) pembuat kue apam dari tokoh masyarakat Solo kepada sesepuh Kampung Sewu di Lapangan Kampung Sewu, Solo.

TEDHAK SITEN
Tedhak Siten merupakan bagian dari adat dan tradisi masyarakat Jawa Tengah. Upacara ini dilakukan untuk adik kita yang baru pertama kali belajar berjalan.
Upacara Tedhak Siten selalu ditunggu-tunggu oleh orangtua dan kerabat keluarga Jawa karena dari upacara ini mereka dapat memperkirakan minat dan bakat adik kita yang baru bisa berjalan. Tedak Siten berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu “tedhak” berarti ‘menapakkan kaki’ dan “siten” (berasal dari kata ‘siti’) yang berarti ‘bumi’.


Upacara ini dilakukan ketika seorang bayi berusia tujuh bulan dan mulai belajar duduk dan berjalan di tanah. Secara keseluruhan, upacara ini dimaksudkan agar ia menjadi mandiri di masa depan. Dalam pelaksanaannya, upacara ini dihadiri oleh keluarga inti (ayah, ibu, kakek, dan nenek), serta kerabat keluarga lainnya. Mereka hadir untuk turut mendoakan agar adik kita terlindung dari gangguan setan.
Tak hanya ritualnya saja yang penting, persyaratannya pun penting dan harus disiapkan oleh orangtua yang menyelenggarakan Tedhak Siten ini, seperti kurungan ayam, uang, buku, mainan, alat musik, dll.
Selain itu ada pula ada tangga yang terbuat dari tebu, makanan-makanan (sajen), yang terdiri dari bubur merah, putih, jadah 7 warna, (makanan yang terbuat dari beras ketan), bubur boro-boro (bubur yg terbuat dari bekatul-serbuk halus atau tepung yang diperoleh setelah padi dipisahkan dari bulirnya), dan jajan pasar.

Ritual Upacara Tedhak Siten:

Tahap 1:
Adik kita dipandu oleh ayah dan ibu berjalan melalui 7 wadah berisi 7 jadah berwarna. Jadah adalah simbol dari proses kehidupan yang akan dilalui adik kita.


Tahap 2:
Lalu, adik akan diberi tangga yang terbuat dari tebu. Tangga ini menyimbolkan urutan tingkatan kehidupan di masa depan yang harus dilalui dengan perjuangan dan hati yang kuat.


Tahap 3:
Setelah anak turun dari tangga, ia dituntun berjalan di atas tanah dan bermain dengan kedua kakinya. Maksudnya agar nantinya adik kita mampu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya sendiri di masa depan.


Tahap 4:
Kemudian, adik dimasukkan ke dalam kurungan ayam yang sudah dihias. Ia disuruh untuk mengambil benda-benda yang ada di dalam kurungan itu, seperti uang, buku, mainan, dll. Barang yang dipilih adik kita adalah gambaran dari minatnya di masa depan.


Tahap 5:
Setelah itu, adik diberi uang koin dan bunga oleh ayah dan kakek, harapannya agar ia memiliki rejeki berlimpah dan berjiwa sosial.
Setelah itu, adik dimandikan dengan air kembang 7 rupa, harapannya agar bisa mengharumkan nama keluarga.


Tahap 6:
Setelah mandi, adik dipakaikan baju yang bagus sebagai harapan kelak ia mendapat kehidupan yang baik dan layak.








BEDHAYA KETAWANG
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdfOhPHxye2bE4zw0HC2QF9BfgZbvsbu2GUpM0oH9R1MtkQasgYSskqpjCd5rg9PTTGEV6KR8zCHSZA0JQf-T8WLSyBSaB_7kOkxOZy_WGpXWhtr7DdXstLYp8aCuLim4QiTWRFuvXehfD/s1600/bedoyo5.jpg

Bedhaya Ketawang adalah tarian sakral yang rutin dibawakan dalam istana sultan Jawa (Keraton Yogyakarta dan Keraton Solo). Disebut juga tarian langit, bedhaya ketawang merupakan suatu upacara yang berupa tarian dengan tujuan pemujaan dan persembahan kepada Sang Pencipta.

Pada awal mulanya di Keraton Surakarta tarian ini hanya diperagakan oleh tujuh wanita saja. Namun karena tarian ini dianggap tarian khusus yang amat sacral, jumlah penarik kemudian ditambah menjadi sembilan orang. Sembilan penari terdiri dari delapan putra-putri yang masih ada hubungan darah dan kekerabatan dari keraton serta seorang penari gaib yag dipercaya sebagai sosok Nyai Roro Kidul.

Tarian ini diciptakan oleh Raja Mataram ketiga, Sultan Agung (1613-1646) dengan latar belakang mitos percintaan raja Mataram pertama (Panembahan Senopati) dengan Kanjeng Ratu Kidul (penguasa laut selatan). Sebagai tarian sakral, terdapat beberapa aturan dan upacara ritus yang harus dijalankan oleh keraton juga para penari.

Bedhaya ketawang bisa dimainkan sekitar 5,5 jam dan berlangsung hingga pukul 01.00 pagi. Hadirin yang terpilih untuk melihat atau menyaksikan tarian ini pun harus dalam keadaan khusuk, semedi dan hening. Artinya hadirin tidak boleh berbicara atau makan, dan hanya boleh diam dan menyaksikan gerakan demi gerakan sang penari. Tarian Bedhaya Ketawang besar hanya di lakukan setiap 8 tahun sekali atau sewindu sekali. Sementara, Tarian Bedhaya Ketawang kecil dilakukan pada saat penobatan raja atau sultan, pernikahan salah satu anggota keraton yang ditambah simbol-simbol.

BATIK

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXtdF9fmBqo_2ZqStR2DEWwRZ2p6pIJTsX86-R0XsMiFy8NegYtKklVTFiUfsXnwkUx4wHsJ0eKLZwxNXqoXH5AhpSAgPD5aZRMxBlIuv6PxiLdWi1AnVDAofs7wQPkvhaTOEOKSTguqOj/s320/batik1.jpg

Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga kerajaan di masa lampau, khususnya di Kerajaan Mataram kemudian Kerajaan Keraton Solo dan Yogyakarta.

Awalnya batik dikerjaan terbatas dalam keraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja, keluarganya, serta para pengikutnya. Oleh karena banyaknya pengikut raja yang tinggal di luar keraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar keraton untuk dikerjakan di tempat masing-masing. Seiring berjalannya waktu, kesenian batik ini ditiru oleh rakyat setempat dan kemudian menjadi pekerjaan kaum wanita di dalam rumahnya untuk mengisi waktu senggang. Selain itu, batik yang awalnya hanya untuk keluarga keraton, akhirnya menjadi pakaian rakyat yang digemari pria dan wanita.
Dahulu, bahan kain putih yang dipergunakan untuk membatik adalah hasil tenunan sendiri. Sementara bahan pewarnanya diambil dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia. Beberapa bahan pewarna tersebut antara lain pohon mengkudu, soga, dan nila. Bahan sodanya dibuat dari soda abu dan garamnya dari tanah lumpur. Sentra kerajinan batik tersebar di daerah Pekalongan, Kota Surakarta, dan Kab. Sragen.

TARIAN JAWA

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhck6kjgSfmO1C5Gd3sZyp1FQNYcRJTv-0YNdt9ViawbevjpMQgPBIAXDrYi7TlpO5HnuxKhc1Cu9VbFb0hzN0bH-JgTjuOX5Lmt-tjZM4xvVlPtZWkElEYVmKd4LAol0FohkqKwntkd1Gt/s320/tari-kontemporer.jpg

Tarian merupakan bagian yang menyertai perkembangan pusat baru ini. Ternyata pada masa kerajaan dulu tari mencapai tingkat estetis yang tinggi. Jika dalam lingkungan rakyat tarian bersifat spontan dan sederhana, maka dalam lingkungan istana tarian mempunyai standar, rumit, halus, dan simbolis. Jika ditinjau dari aspek gerak, maka pengaruh tari India yang terdapat pada tari-tarian istana Jawa terletak pada posisi tangan, dan di Bali ditambah dengan gerak mata.
Tarian yang terkenal ciptaan para raja, khususnya di Jawa, adalah bentuk teater tari seperti wayang wong dan bedhaya ketawang. Dua tarian ini merupakan pusaka raja Jawa. Bedhaya Ketawang adalah tarian yang dicipta oleh raja Mataram ketiga, Sultan Agung (1613-1646) dengan berlatarbelakang mitos percintaan antara raja Mataram pertama (Panembahan Senopati) dengan Kangjeng Ratu Kidul (penguasa laut selatan/Samudra Indonesia) (Soedarsono, 1990). Tarian ini ditampilkan oleh sembilan penari wanita.

SENI TARI JAWA TENGAH
Tari sering disebut juga ”beksa”, kata “beksa” berarti “ambeg” dan “esa”, kata tersebut mempunyai maksud dan pengertian bahwa orang yang akan menari haruslah benar-benar menuju satu tujuan, yaitu menyatu jiwanya dengan pengungkapan wujud gerak yang luluh. Seni tari adalah ungkapan yang disalurkan / diekspresikan melalui gerak-gerak organ tubuh yang ritmis, indah mengandung kesusilaan dan selaras dengan gending sebagai iringannya. Seni tari yang merupakan bagian budaya bangsa sebenarnya sudah ada sejak jaman primitif, Hindu sampai masuknya agama Islam dan kemudian berkembang. Bahkan tari tidak dapat dilepaskan dengan kepentingan upacara adat sebagai sarana persembahan. Tari mengalami kejayaan yang berangkat dari kerajaan Kediri, Singosari, Majapahit khususnya pada pemerintahan Raja Hayam Wuruk.
Surakarta merupakan pusat seni tari. Sumber utamanya terdapat di Keraton Surakarta dan di Pura Mangkunegaran. Dari kedua tempat inilah kemudian meluas ke daerah Surakarta seluruhnya dan akhirnya meluas lagi hingga meliputi daerah Jawa Tengah, terus sampai jauh di luar Jawa Tengah. Seni tari yang berpusat di Kraton Surakarta itu sudah ada sejak berdirinya Kraton Surakarta dan telah mempunyai ahli-ahli yang dapat dipertanggungjawabkan. Tokoh-tokoh tersebut umumnya masih keluarga Sri Susuhunan atau kerabat kraton yang berkedudukan. Seni tari yang berpusat di Kraton Surakarta itu kemudian terkenal dengan Tari Gaya Surakarta.

Macam-macam tariannya:
Srimpi, Bedaya, Gambyong, Wireng, Prawirayuda, Wayang-Purwa Mahabarata-Ramayana. Yang khusus di Mangkunegaran disebut Tari Langendriyan, yang mengambil ceritera Damarwulan.

Dalam perkembangannya timbulah tari kreasi baru yang mendapat tempat dalam dunia tari gaya Surakarta. Selain tari yang bertaraf kraton (Hofdans), yang termasuk seni tari bermutu tinggi, di daerah Jawa Tengah terdapat pula bermacam-macam tari daerah setempat. Tari semacam itu termasuk jenis kesenian tradisional, seperti: Dadung Ngawuk, Kuda Kepang, Incling, Dolalak, Tayuban, Jelantur, Ebeg, Ketek Ogleng, Barongan, Sintren, Lengger, dll.

Pedoman tari tradisional itu sebagian besar mengutamakan gerak yang ritmis dan tempo yang tetap sehingga ketentuan-ketentuan geraknya tidaklah begitu ditentukan sekali. Jadi lebih bebas, lebih perseorangan. Dalam seni tari dapat dibedakan menjadi klasik, tradisional dan garapan baru. Beberapa jenis tari yang ada antara lain:

1. Tari Klasik
-Tari Bedhaya:
Budaya Islam ikut mempengaruhi bentuk-bentuk tari yang berangkat pada jaman Majapahit. Seperti tari Bedhaya 7 penari berubah menjadi 9 penari disesuaikan dengan jumlah Wali Sanga. Ide Sunan Kalijaga tentang Bedhaya dengan 9 penari ini akhirnya sampai pada Mataram Islam, tepatnya sejak perjanjian Giyanti pada tahun 1755 oleh Pangeran Purbaya, Tumenggung Alap-alap dan Ki Panjang Mas, maka disusunlah Bedhaya dengan penari berjumlah 9 orang. Hal ini kemudian dibawa ke Kraton Kasunanan Surakarta. Oleh Sunan Pakubuwono I dinamakan Bedhaya Ketawang, termasuk jenis Bedhaya Suci dan Sakral, dengan nama peranan sebagai berikut:

a. Endhel Pojok
b. Batak
c. Gulu
d. Dhada
e. Buncit
f. Endhel Apit Ngajeng
g. Endhel Apit Wuri
h. Endhel Weton Ngajeng
i. Endhel Weton Wuri

Berbagai jenis tari Bedhaya yang belum mengalami perubahan:
- Bedhaya Ketawang lama tarian 130 menit
- Bedhaya Pangkur lama tarian 60 menit
- Bedhaya Duradasih lama tarian 60 menit
- Bedhaya Mangunkarya lama tarian 60 menit
- Bedhaya Sinom lama tarian 60 menit
- Bedhaya Endhol-endhol lama tarian 60 menit
- Bedhaya Gandrungmanis lama tarian 60 menit
- Bedhaya Kabor lama tarian 60 menit
- Bedhaya Tejanata lama tarian 60 menit

Pada umumnya berbagai jenis Bedhaya tersebut berfungsi menjamu tamu raja dan menghormat serta menyambut Nyi Roro Kidul, khususnya Bedhaya Ketawang yang jarang disajikan di luar Kraton, juga sering disajikan pada upacara keperluan jahat di lingkungan Istana. Di samping itu ada juga Bedhaya-bedhaya yang mempunyai tema kepahlawanan dan bersifat monumental.

Melihat lamanya penyajian tari Bedhaya (juga Srimpi) maka untuk konsumsi masa kini perlu adanya inovasi secara matang, dengan tidak mengurangi ciri dan bobotnya.

Contoh Bedhaya garapan baru:
- Bedhaya La la lama tarian 15 menit
- Bedhaya To lu lama tarian 12 menit
- Bedhaya Alok lama tarian 15 menit


- Tari Srimpi:
Tari Srimpi yang ada sejak Prabu Amiluhur ketika masuk ke Kraton mendapat perhatian pula. Tarian yang ditarikan 4 putri itu masing-masing mendapat sebutan : air, api, angin dan bumi/tanah, yang selain melambangkan terjadinya manusia juga melambangkan empat penjuru mata angin. Sedang nama peranannya Batak, Gulu, Dhada dan Buncit. Komposisinya segi empat yang melambangkan tiang Pendopo. Seperti Bedhaya, tari Srimpipun ada yang suci atau sakral yaitu Srimpi Anglir Mendhung. Juga karena lamanya penyajian (60 menit) maka untuk konsumsi masa kini diadakan inovasi. Contoh Srimpi hasil garapan baru:
- Srimpi Anglirmendhung menjadi 11 menit
- Srimpi Gondokusumo menjadi 15 menit

Beberapa contoh tari klasik yang tumbuh dari Bedhaya dan Srimpi:

a. Beksan Gambyong:
berasal dari tari Glondrong yang ditarikan oleh Nyi Mas Ajeng Gambyong. Menarinya sangat indah ditambah kecantikan dan modal suaranya yang baik, akhirnya Nyi Mas itu dipanggil oleh Bangsawan Kasunanan Surakarta untuk menari di Istana sambil memberi pelajaran kepada para putra/I Raja. Oleh Istana tari itu diubah menjadi tari Gambyong.

Selain sebagai hiburan, tari ini sering juga ditarikan untuk menyambut tamu dalam upacara peringatan hari besar dan perkawinan. Adapun ciri-ciri Tari ini:
- Jumlah penari seorang putri atau lebih
- Memakai jarit wiron
- Tanpa baju melainkan memakai kemben atau bangkin
- Tanpa jamang melainkan memakai sanggul/gelung
- Dalam menari boleh dengan sindenan (menyanyi) atau tidak.

b. Beksan Wireng:
 berasal dari kata Wira (perwira) dan 'Aeng' yaitu prajurit yang unggul, yang 'aeng', yang 'linuwih'. Tari ini diciptakan pada jaman pemerintahan Prabu Amiluhur dengan tujuan agar para putra beliau tangkas dalam olah keprajuritan dengan menggunakan alat senjata perang. Sehingga tari ini menggambarkan ketangkasan dalam latihan perang dengan menggunakan alat perang. Ciri-ciri tarian ini:
- Ditarikan oleh dua orang putra/i
- Bentuk tariannya sama
- Tidak mengambil suatu cerita
- Tidak menggunakan ontowacono (dialog)
- Bentuk pakaiannya sama
- Perangnya tanding, artinya tidak menggunakan gending sampak/srepeg, hanya iramanya/temponya kendho/kenceng
- Gending satu atau dua, artinya gendhing ladrang kemudian diteruskan gendhing ketawang
- Tidak ada yang kalah/menang atau mati.

c. Tari Pethilan:
 hampir sama dengan Tari Wireng. Bedanya Tari Pethilan mengambil adegan/ bagian dari ceritera pewayangan.

Ciri-cirinya:
- Tari boleh sama, boleh tidak
- Menggunakan ontowacono (dialog)
- Pakaian tidak sama, kecuali pada lakon kembar
- Ada yang kalah/menang atau mati
- Perang mengguanakan gendhing srepeg, sampak, gangsaran
- Memetik dari suatu cerita lakon.
Contoh dari Pethilan :
- Bambangan Cakil
- Hanila
- Prahasta, dll.

d. Tari Golek:
Tari ini berasal dari Yogyakarta. Pertama dipentaskan di Surakarta pada upacara perkawinan KGPH. Kusumoyudho dengan Gusti Ratu Angger tahun 1910. Selanjutnya mengalami persesuaian dengan gaya Surakarta. Tari ini menggambarkan cara-cara berhias diri seorang gadis yang baru menginjak masa akhil baliq, agar lebih cantik dan menarik. Macam-macamnya:
- Golek Clunthang iringan Gendhing Clunthang
- Golek Montro iringan Gendhing Montro
- Golek Surungdayung iringan Gendhing Ladrang Surungdayung, dll.

e. Tari Bondan :
 Tari ini dibagi menjadi:
- Bondan Cindogo
- Bondan Mardisiwi
- Bondan Pegunungan/Tani.


Tari Bondan Cindogo dan Mardisiwi merupakan tari gembira, mengungkapkan rasa kasih sayang kepada putranya yang baru lahir. Tapi Bondan Cindogo satu-satunya anak yang ditimang-timang akhirnya meninggal dunia. Sedang pada Bondan Mardisiwi tidak, serta perlengakapan tarinya sering tanpa menggunakan kendhi seperti pada Bondan Cindogo. Ciri pakaiannya:
- Memakai kain Wiron
- Memakai Jamang
- Memakai baju kotang
- Menggendong boneka, memanggul payung
- Membawa kendhi (dahulu), sekarang jarang.
Untuk gendhing iringannya Ayak-ayakan diteruskan Ladrang Ginonjing. Tapi sekarang ini menurut kemampuan guru/pelatih tarinya. Sedangkan Bondan Pegunungan, melukiskan tingkah laku putri asal pegunungan yang sedang asyik menggarap ladang, sawah, tegal pertanian. Dulu hanya diiringi lagu-lagu dolanan tapi sekarang diiringi gendhing-gendhing lengkap. Ciri pakaiannya:
- mengenakan pakaian seperti gadis desa, menggendong tenggok, memakai caping
dan membawa alat pertanian.
- Di bagian dalam sudah mengenakan pakaian seperti Bondan biasa, hanya tidak memakai jamang tetapi memakai sanggul/gelungan. Kecuali jika memakai jamang maka klat bahu, sumping, sampur, dll sebelum dipakai dimasukkan tenggok.
Bentuk tariannya ; pertama melukiskan kehidupan petani kemudian pakaian bagian luar yang menggambarkan gadis pegunungan dilepas satu demi satu dengan membelakangi penonton. Selanjutnya menari seperti gerak tari Bondan Cindogo / Mardisiwi.

f. Tari Topeng :
Tari ini sebenarnya berasal dari Wayang Wong atau drama. Tari Topeng yang pernah mengalami kejayaan pada jaman Majapahit, topengnya dibuat dari kayu dipoles dan disungging sesuai dengan perwatakan tokoh/perannya yang diambil dari Wayang Gedhog, Menak Panji. Tari ini semakin pesat pertumbuhannya sejak Islam masuk terutama oleh Sunan Kalijaga yang menggunakannya sebagai penyebaran agama. Beliau menciptakan 9 jenis topeng, yaitu topeng Panji Ksatrian, Condrokirono, Gunung sari, Handoko, Raton, Klono, Denowo, Benco(Tembem), Turas (Penthul). Pakaiannya dahulu memakai ikat kepala dengan topeng yang diikat pada kepala.

2. Tari Tradisional
Selain tari-tari klasik, di Jawa Tengah terdapat pula tari-tari tradisional yang tumbuh dan berkembang di daerah-daerah tertentu. Kesenian tradisional tersebut tak kalah menariknya karena mempunyai keunikan-keunikan tersendiri. Beberapa contoh kesenian tradisional:
a. Tari Dolalak, di Purworejo
Pertunjukan ini dilakukan oleh beberapa orang penari yang berpakaian menyerupai pakaian prajurit Belanda atau Perancis tempo dulu dan diiringi dengan alat-alat bunyi-bunyian terdiri dari kentrung, rebana, kendang, kencer, dllnya. Menurut cerita, kesenian ini timbul pada masa berkobarnya perang Aceh di jaman Belanda yang kemudian meluas ke daerah lain.

b. Patolan (Prisenan), di Rembang
Sejenis olahraga gulat rakyat yang dimainkan oleh dua orang pegulat dipimpin oleh dua orang Gelandang (wasit) dari masing-masing pihak. Pertunjukan ini diadakan sebagai olah raga dan sekaligus hiburan di waktu senggang pada sore dan malam hari terutama di kala terang bulan purnama. Lokasinya berada di tempat-tempat yang berpasir di tepi pantai. Seni gulat rakyat ini berkembang di kalangan pelajar terutama di pantai antara kecamatan Pandagan, Kragan, Bulu sampai ke Tuban, Jawa Timur.

c. Blora.
Daerah ini terkenal dengan atraksi kesenian Kuda Kepang, Barongan dan Wayang Krucil(sejenis wayang kulit terbuat dari kayu).

d. Pekalongan
Di daerah Pekalongan terdapat kesenian Kuntulan dan Sintren. Kuntulan adalah kesenian bela diri yang dilukiskan dalam tarian dengan iringan bunyi-bunyian seperti bedug, terbang, dllnya. Sedangkan Sintren adalah sebuah tari khas yang magis animistis yang terdapat selain di Pekalongan juga di Batang dan Tegal. Kesenian ini menampilkan seorang gadis yang menari dalam keadaan tidak sadarkan diri, sebelum tarian dimulai gadis menari tersebut dengan tangan terikat dimasukkan ke dalam tempat tertutup bersama peralatan bersolek, kemudian selang beberapa lama ia telah selesai berdandan dan siap untuk menari. Atraksi ini dapat disaksikan pada waktu malam bulan purnama setelah panen.

e. Obeg dan Begalan.
Kesenian ini berkembang di Cilacap. Pemain Obeg ini terdiri dari beberapa orang wanita atau pria dengan menunggang kuda yang terbuat dari anyaman bambu (kepang), serta diiringi dengan bunyi-bunyian tertentu. Pertunjukan ini dipimpin oleh seorang pawang (dukun) yang dapat membuat pemain dalam keadaan tidak sadar.
Begalan adalah salah satu acara dalam rangkaian upacara perkawinan adat Banyumas. Kesenian ini hidup di daerah Bangumas pada umumnya juga terdapat di Cilacap, Purbalingga maupun di daerah di luar Kabupaten Banyumas. Yang bersifat khas Banyumas antara lain Calung, Begalan dan Dalang Jemblung.

f. Calung dari Banyumas
Calung adalah suatu bentuk kesenian rakyat dengan menggunakan bunyi- bunyian semacam gambang yang terbuat dari bambu, lagu-lagu yang dibawakan merupakan gending Jawa khas Banyumas. Juga dapat untuk mengiringi tarian yang diperagakan oleh beberapa penari wanita. Sedangkan untuk Begalan biasanya diselenggarakan oleh keluarga yang baru pertama kalinya mengawinkan anaknya. Yang mengadakan upacara ini adalah dari pihak orang tua mempelai wanita.

g. Kuda Lumping (Jaran Kepang) dari Temanggung
Kesenian ini diperagakan secara massal, sering dipentaskan untuk menyambut tamu -tamu resmi atau biasanya diadakan pada waktu upacara

h. Lengger dari Wonosobo
Kesenian khas Wonosobo ini dimainkan oleh dua orang laki-laki yang masing-masing berperan sebagai seorang pria dan seorang wanita. Diiringi dengan bunyi-bunyian yang antara lain berupa Angklung bernada Jawa. Tarian ini mengisahkan ceritera Dewi Chandrakirana yang sedang mencari suaminya yang pergi tanpa pamit. Dalam pencariannya itu ia diganggu oleh raksasa yang digambarkan memakai topeng. Pada puncak tarian penari mencapai keadaan tidak sadar.

i. Jatilan dari Magelang
Pertunjukan ini biasanya dimainkan oleh delapan orang yang dipimpin oleh seorang pawang yang diiringi dengan bunyi-bunyian berupa bende, kenong dll. Dan pada puncaknya pemain dapat mencapai tak sadar.

j. Tarian Jlantur dari Boyolali
Sebuah tarian yang dimainkan oleh 40 orang pria dengan memakai ikat kepala gaya turki. Tariannya dilakukan dengan menaiki kuda kepang dengan senjata tombak dan pedang. Tarian ini menggambarkan prajurit yang akan berangkat ke medan perang, dahulu merupakan tarian penyalur semangat kepahlawanan dari keturunan prajurit Diponegoro.

k. Ketek Ogleng dari Wonogiri
Kesenian yang diangkat dari ceritera Panji, mengisahkan cinta kasih klasik pada jaman kerajaan Kediri. Ceritera ini kemudian diubah menurut selera rakyat setempat menjadi kesenian pertunjukan Ketek Ogleng yang mengisahkan percintaan antara Endang Roro Tompe dengan Ketek Ogleng. Penampilannya dititik beratkan pada suguhan tarian akrobatis gaya kera (Ketek Ogleng) yang dimainkan oleh seorang dengan berpakaian kera seperti wayang orang. Tarian akrobatis ini di antara lain dipertunjukan di atas seutas tali.

3. Tari Garapan Baru (Kreasi Baru)
Meskipun namanya 'baru' tetapi semua tari yang termasuk jenis ini tidak meninggalkan unsur-unsur yang ada dari jenis tari klasik maupun tradisional. Sebagai contoh:

a. Tari Prawiroguno
Tari ini menggambarkan seorang prajurit yang sedang berlatih diri dengan perlengkapan senjata berupa pedang untuk menyerang musuh dan juga tameng sebagai alat untuk melindungi diri.

b. Tari Tepak-Tepak Putri
Tari yang menggambarkan kelincahan gerak remaja-remaja putri sedang bersuka ria memainkan rebana, dengan iringan pujian atau syair yang bernafas Islam.